Share |
Showing posts with label Buddhist. Show all posts
Showing posts with label Buddhist. Show all posts

Friday, February 11, 2011

Patung Buddha Tidur Mendapat Penghargaan MURI


Mojokerto - Patung Buddha tidur yang terletak di Trowulan, Mojokerto, selama ini memang kurang banyak diketahui masyarakat. Patung yang terletak di halaman Mahavihara Mojopahi ini berhasil mengantongi penghargaan dari Musium Rekor Indonesia (MURI) pada 2003 sebagai patung terbesar di Indonesia.

Patung Buddha tidur ini juga diyakini sebagai terbesar di Indonesia dan diklaim ketiga di Asia setelah Thailand dan Tibet.

"Patung di sini terbesar di Asia, nomer 3 setelah Thailand dan Tibet," kata Ratanapanno, salah seorang Biksu, saat ditemui detiksurabaya.com di Mahavihara Mojopahit, Kamis (10/02/2011).

Dari informasi yang dihimpun, patung Buddha Tidur ini menggambarkan wafatnya Siddharta Gautama dan dibangun di atas kolam air melambangkan abunya dibuang ke laut. Patung menghadap ke arah selatan yang dianggap kiblatnya umat Buddha. Di sekeliling bawah patung juga terdapat relief-relief yang menceritakan tentang Buddha itu sendiri.

Selain patung Buddha tidur, di dalam Mahavira Mojopahit, wisatawan juga dapat melihat miniatur Candi Borobudur. Patung kera sakti, dan beberapa patung tokoh-tokoh dalam cerita Buddha juga menarik untuk dilihat. Di dinding belakang bangunan utama terdapat relief-relief besar yang menceritakan Buddha sedang mengamalkan ajarannya.

Mahavihara Mojopahit yang didirikan pada Minggu 31 Desember 1989 ini selain digunakan untuk beribadah umat Buddha juga terbuka untuk umum. Mahavihara Mojopahit diresmikan oleh Maha Sthavira Ashin Jinarakkhita dan Gubernur Jawa Timur, Soelarso. (bdh/bdh)

Wednesday, February 9, 2011

Mannaar severely affected by overflowing water from Anuradhapura tanks

[TamilNet, Tuesday, 08 February 2011, 23:32 GMT]
Mannaar district has been facing a severe natural calamity for the first time in its history due to recent rain and flood. Almost all the villages in the district are under water. 7,807 persons from 2,667 families have been displaced from areas that come under Mannaar Urban Council and Naanaaddaan Piratheasa Chapai (PS). People from Arippu and Maanthai have been trapped in their houses as they are marooned in the flood. The Government Agent of Mannaar, N.Vedhanayagam, has declared emergency situation in the district.

Vanni district Tamil National Alliance (TNA) parliamentarian Selvam Adaikkalanathan has sent an urgent appeal by fax to the High Commissioner of India in Colombo to send humanitarian assistance to the people of Mannaar who are fighting for their survival amid reports from the District Secretariat that the stock of food in store is enough only for two to three days.

The flood-water from the districts of Vavuniyaa and Anuradhapura due to heavy rain has deluged several areas in the Mannaar district. The water released from Malwaththu Oya from Anuradhapura flows through Aruvi Aaru in Mannaar district causing deluge in several villages in the district. Several houses are under water.

Hundreds of cattle have been washed away.

Land transport between Maanthai West where families are resettled and Mannaar town had come to halt on Tuesday.

Villagers in Maanthai West have been undergoing untold hardships without food and medical facilities.

Several snake-bitten victims were unable to come to town to obtain treatment, medical sources said.

Boats and fishing nets and other equipment belong to fishing community of Chilavaththu’rai and Arippu have been washed away by flood. Flood has affected not only low lying areas but also highland.

The water level of Malwattu Oya has risen to 20 to 30 feet due to excess water released from tanks in Anuradhapura district thus inundating several villages in Mannaar district.

About 2,500 families are trapped in flood in Musali area without food and medical facilities. The fate of people marooned in Maathaakiraamam and Kugnchukku’lam in Madu DS division is not known for the last seven days, according to civil authorities.

A team of volunteers with food materials, led by parliamentarian Selvam Adaikalanathan rushed to Arippu from Achchangku’lam in Naanaaddaan DS division on Monday in two fiberglass boats and they returned to the shore after four hours due to rough sea.

All the six parliamentarians of the Vanni district are on the field helping flood victims with relief materials through various sources for their survival.

Menatap Bulan dan Bintang di Langit



Odi Shalahuddin


Hampir setiap malam yang cerah, Joko selalu menengadahkan wajahnya ke langit, atau tiduran telentang di alam bebas. Ditatapnya bulan dan bintang bagaikan ia memandang gadis impian. Ia menatap lekat. Konsentrasi penuh. Melontarkan jiwanya ke sana. Dan hanyut. Ia nikmati dengan kenikmatan teramat sangat. Begitu terjadi berulang-ulang. Dan ia tergila-gila karenanya.

Setiap siang jadinya adalah penantian. Penantian adalah siksaan. Waktu terasa berjalan lambat. Pekerjaan yang dilakukan menjadi buyar karena hilang konsentrasinya. Ia menjadi pelamun. Wajahnya baru akan berubah cerah, langkahnya akant erasa lincah, kepalanya akan terasa ringan, bila malam telah datang.

Itupun bila malam dengan cuaca cerah. Bila tidak? Ia akan dirundung kesedihan teramat mendalam. Penantian seharian menjadi sia-sia. Bulan dan bintang tak terlihat, tenggelam dalam awan hitam. Penantian yang menjadi berkepanjangan.

Ketika ia mendapatkan seorang gadis yang menjadi kekasihnya, sang gadis ternyata adalah pengagum bulan dan bintang pula. Maka mereka bersama-sama menikmati malam-malam cerah. Sekarang Joko merasa mendapat kawan. Mendapat seseorang untuk mendialogkan perasaannya. Bulan dan bintang berganti-ganti rasanya sesuai hati. Mereka menikamti kegilaan bersama-sama. Ah, pasangan yang serasi.

“Kang Mas Joko, lihatlah! Wajahku dalam wajah bulan, tersenyum kepadaku,”

“Aku tahu, aku tahu, aku tengah berlompatan di antara bintang-bintang,”

“Mampirlah kau di bulan,”

“Aku di bintang dahulu,”

Sang kekasih cemberut. Joko terbahak, sang kekasih melayangkan cubitan. Joko tetap saja terbahak, meskipun meringis kesakitan. Joko lalu mendekati kekasihnya dan menjatuhkan bibirnya ke bibir sang kekasih. Gelepar hati bagaikan ikan kekurangan air. Terasa menyiksa namun bisa menjadi candu yang menggairahkan. Panas. Gelora jiwa. Tapi cukuplah sampai di situ saja. Kelaklah untuk yang lainnya.

“Aku menjadi sangat tersiksa,” demikian kilah sang kekasih kepada Joko suatu hari.

“Mengapa?” pertanyaan yang terlontar dengan mesra.

“Mengapa kita harus membuat penantian?”

“Apa yang sebenarnya kau bicarakan?” Tanya Joko heran.

“Bulan dan bintang-bintang,”

“Hm,”

Sang kekasih diam. Kepalanya ditumpangkan ke kedua tangannya. Matanya menerawang jauh ke depan. Menembus ruang dan waktu. Wajahnya menjadi cerah. Matanya berbinar-binar. Senyuman manis tersungging di bibirnya. Dalam suasana seperti itu, wajah kekasihnya terasa amat cantik.

Joko memuji dalam hatinya. Namun keheranan muncul atas sikap kekasihnya. Ia ingin bertanya, tapi takut mengganggu. Biarlah ia larut dalam kenikmatan imajinasinya. Demikian piker Joko. Dan ia menikmati wajah cantik sang kekasih yang terasa bagaikan dewi yang menyiramkan keteduhan.

“Seandainya bulan dan bintang bisa tinggal di Rumah ini, rasanya bagaikan sorga,” ia mendesah. “Kang Mas Joko,” ujarnya tiba-tiba. “Benarkah kau mencintaiku?”

Joko menangkap kedua bola mata yang indah berbinar mendesakkan sesuatu hasrat kepadanya.

“Ya,” jawab Joko mantap.

“Mencintaiku dengan tulus?”

“Ya,”

“Rela berkorban demi diriku?”

“Maksudmu?”

“Jawab ya atau tidak saja,”

“Ya,”

“Bawalah bulan dan bintang ke Rumah ini.”

Joko tercekat. Tubuhnya bergetar menahan gejolak perasaan yang muncul bagaikan kawah mendesak keluar.

“Biarkan saja ia di atas sana. Bukankah akan banyak orang dapat menikamtinya,” Joko mengelak seraya memberikan alasan.

Sang kekasih cemberut.

“Bawalah bulan dan bintang ke Rumah ini sebagai bukti kecintaanmu padaku!” sang kekasih dengan tegas dan mimic serius.

“Aa…” apa yang ada di kepala Joko tak dapat keluar menjadi kata. Joko termenung. Susah. “Bila kepalamu tertanam kepemilikan, maka keserakahan akan menguasai pikiranmu,” katanya pelan hampir tak terdengar.

Sang kekasih hanya menatap sekilas. Lalu hanyut dalam pikirannya sendiri. Membayangkan tidur dikelilingi bintang-bintang sambil memeluk bulan.

Joko pamit. Dan hari-hari setelah itu adalah keresahan. Ia menatap bulan dan bintang-bintang di langit. Lukisan sempurna yang tak tertandingi dari Sang Maha Pencipta. Bayang-bayang di Kepalanya membuat hatinya menangis.

“Tak mungkin, tak mungkin ia menjaring bulan dan bintang-bintang. Biarkanlah ia di langit. Dinikmati berjuta manusia. Biarkan ia milik semua umat manusia,”

Pada suatu malam. Awan hitam sama sekali tak ada di langit. Tapi kemana bulan dan bintang-bintang? Langit menjadi kosong. Sama sekali tak mengenakkan dipandang mata. Joko menatap langit dan batinnya teriris. Air matanya tumpah. Wahai, manusia mana tega mencurinya?

Sedangkan pada saat bersamaan, sang kekasih menatap langit dan hatinya berbunga-bunga. Impiannya terwujud. Sang kekasih telah berjuang, telah membuktikan cintanya. Entah dengan apa menjaring, itu bukan persoalan. Yang jelas, kini ia menanti Joko. Menanti persembahan cinta. Menanti bulan dan bintang-bintang. Ia menanti. Terus menanti Joko yang tak kunjungan datang.

“Jangan kamu membuatku marah!” Sang kekasih menghardik kesal kepada Joko yang muncul setelah ia mengetuk pintu rumahnya. “Mana bulan dan bintang-bintangyang kupinta.? Bukankah kau telah berhasil menjaringnya?”

Joko menatap kedua bola mata kekasihnya yang merah membara. Teramat mengerikan. Bagaikan bola api yang siap membakar.

“Masuklah dulu,” pinta Joko lembut.

“Mana bulan dan bintang-bintangnya?” sang kekasih tak beranjak.

“Entah,”

“Kau bohong!” mengalir kata-kata kemarahan yang membangkitkan emosi Joko.

“Masuklah dan geledahlah isi Rumah ini. Aku tak tahu sama sekali bulan dan bintang-bintang kita. Seseorang telah mencurinya lebih dahulu daripada aku,”

Sang kekasih tak mau peduli, pergi dengan marah. Joko merasa ditinggali luka.

Esoknya, ia dikejutkan oleh iklan Koran-koran. Seorang konglomerat menawarkan bointang-bintangnya dengan harga sangat tinggi. Sedangkan bulan bersinar di atas gedungnya, terekam dalam foto. Joko pun menangis tersedu-sedu.


Yogyakarta, 7 – 12 Januari 1994

http://baltyra.com

Monday, February 7, 2011

Most Important Question


During my second month of nursing faculty, our professor gave us a pop
quiz. i used to be a conscientious student and had breezed through the
questions, till I scan the last one: 'What is that the initial name of
the woman who cleans the school?" Surely this was some reasonably joke.
I had seen the cleaning girl many times. She was tall, dark-haired
and in her 50s, however how would i do know her name? I handed in my paper,
leaving the last question blank. Before category ended, one student
asked if the last question would count toward our quiz grade.
Absolutely, said the professor. "In your careers you'll meet several
people. All are important. They deserve your attention and care, even if
all you are doing is smile and say hello". I've never forgotten that lesson. I
also learned her name was Dorothy.

How many marbles do you have?

The older i buy, the additional I relish Saturday mornings. maybe it is the quiet solitude that comes with being the primary to rise, of perhaps it is the unbounded joy of not having to be at work. Either way, the primary few hours of a Saturday morning are most enjoyable.

A few weeks ago, i used to be shuffling toward the kitchen, with a steaming cup of occasional in one hand and therefore the morning paper within the different. What began as a typical Saturday morning became one among those lessons that life appears
to hand you from time to time.

Let me tell you concerning it. I turned the degree up on my radio so as to pay attention to a Saturday morning speak show. I heard an older sounding chap with a golden voice. you recognize the type, he appeared like he ought to be within the
broadcasting business himself.

He was talking concerning "a thousand marbles" to somebody named "Tom". i used to be intrigued and sat right down to hear
what he had to mention. "Well, Tom, it certain feels like you are busy along with your job. i am certain they pay you well however it is a shame you have got to be aloof from home and your family most. onerous to believe a young fellow ought to have to be compelled to work sixty or seventy hours per week to form ends meet. Too unhealthy you missed your daughter's dance recital. " He continued, "Let me tell you one thing Tom, one thing that has helped me keep an honest perspective on my very own priorities." and that is when he began to clarify his theory of a "thousand marbles."

"You see, I sat down at some point and did a bit arithmetic. the common person lives concerning seventy-five years. I know, some live additional and a few live less, however on average, people live concerning seventy-five years." "Now then, I multiplied seventy five
times fifty two and that i came up with 3900 that is that the variety of Saturdays that the common person has in their entire lifetime.

"Now follow me Tom, i am about to the necessary half. "It took me till i used to be fifty-five years recent to accept all this in any detail", he went on, "and by that point I had lived through over twenty-eight hundred Saturdays. "I need to thinking that if I lived to be seventy-five, I solely had a couple of thousand of them left to relish. "So I visited a toy store and acquired each single marble they'd. I ended up having to go to 3 toy stores to round-up one thousand marbles. "I took them home and place them within an oversized, clear plastic container right here in my workshop next to the radio. each Saturday since then, I even have taken one marble out and thrown it away.

"I found that by watching the marbles diminish, I targeted additional on the very necessary things in life. there's nothing like watching it slow here on this earth run out to assist get your priorities straight. "Now let me tell you one very last thing before I sign-off with you and take my pretty wife out for breakfast. This morning, I took the closing marble out of the container. I figure if I build it till next Saturday then God has blessed me with a bit overtime to be with my loved ones...... "It was nice to speak to you Tom, I hope you pay longer along with your loved ones, and that i hope to fulfill you once more sometime. Have an honest morning!"

You could have heard a pin drop when he finished. Even the show's moderator did not have something to mention for many moments. i suppose he gave us all plenty to accept. I had planned to try to to some work that morning, then head to the
gym. Instead, I went upstairs and woke my wife up with a kiss. "C'mon honey, i am taking you and therefore the children to breakfast." "What brought this on?" she asked with a smile. "Oh, nothing special," I said. " it's simply been a
long time since we have a tendency to spent a Saturday along side the children. Hey, will we have a tendency to stop at a toy store whereas we're out? i want to shop for some marbles."

Saturday, February 5, 2011

Kertas Putih dan Sebuah titik di tengahnya


Beberapa tahun yang lalu aku pernah mengikuti sebuah acara pelatihan di jakarta, pelatihan rohani ini dipandu oleh seorang acarya dari amerika.

Pelatihan rohani ini sangat mengesankan bagiku, karena materi-materi yang disampaikan sangatlah unik dan menarik, serta lebih merasuk dalam diri, karena materi yang disampaikan berupa materi melihat ke dalam diri sendiri.

Dalam materi yang disampaikan ada sesuatu yang sampai saat ini masih saya ingat, saat itu pemateri menunjukkan selembar kertas putih yang bersih. Dan beliau bertanya pada semua peserta, "apakah yang anda lihat di sini?", semua peserta menjawab "tidak ada".

Kemudian pemateri menulis sesuatu pada kertas tersebut dan kembali mengangkatnya dan bertanya, "Apa sekarang yang anda lihat?", semua peserta spontan menjawab "Sebuah Titik ditengah".

Pemateri menurunkan kertas itu, kemudian berkata "Kertas putih ini adalah diri seseorang dan bisa juga dilambangkan sebagai perbuatan baik seseorang, dan titik di tengah ini adalah sebuah perbuatan kurang baik seseorang. Apakah anda sekarang mengerti artinya?", semua peserta dengan kagum memperhatikan dan mulai menyadari.

"Inilah manusia, melihat hanya dengan mata fisik, merasakan hanya dengan pikiran, dan hanya dibutakan oleh apa yang terlihat. Seorang yang baik dan telah melakukan perbuatan baik sebesar gunung, namun karena kelalaian sekecil semut kemudian semua perbuatan baiknya lenyap dimata orang lain", pemateri melanjutkan penjelasannya.

"Kertas putih tetaplah kertas putih, hanya rusak dan hilang oleh mata"

Semoga bermanfaat.

Ajahn Brahmavamso


Pengarang Buku: World-Wide Bestseller,
"Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya"
("Opening the Door of Your Heart") &
"Superpower Mindfulness"

Ajahn Brahm, lahir tahun 1951 di London sebagai Peter Betts, adalah seorang guru Buddhis terkenal dari Tradisi Theravada Hutan Thailand. Beliau pertama kali menganggap dirinya seorang yang beragama Buddha ketika beliau berusia 16 tahun. Minatnya dalam Buddhisme dan meditasi terus berkembang sampai dia masuk Universitas Cambridge. Setelah menyelesaikan pendidikannya dengan jurusan Teori Fisika, dan mengajar selama setahun, beliau melakukan perjalanan ke Thailand, tanpa terlebih dahulu mempunyai niat untuk ditahbiskan untuk menjadi seorang bhikku di Vihara Wat Saket di Bangkok pada usia 23 tahun. Beliau kemudian menghabiskan sembilan tahun berikutnya belajar dan berlatih meditasi dalam Tradisi Theravada Hutan Thailand di bawah bimbingan Ajahn Chah Bodhinyana Yang Mulia Mahathera.


Pada tahun 1983, Ajahn Brahm ikut membantu dalam pendirian Vihara Bodhinyana, sebuah vihara Tradisi Theravada Hutan Thailand, yang berlokasi di dekat Perth, Australia. Sejak tahun 1995, beliau telah menjadi kepala Vihara Bodhinyana, rumah bagi sekitar dua puluh bhikkhu. Beliau sekarang juga memegang posisi sebagai Direktur Spiritual Masyarakat Buddhis Australia Barat, Direktur Spiritual Masyarakat Buddhis Victoria, Direktur Spiritual Masyarakat Buddhis Australia Selatan, dan Pelindung Spiritual dari Buddhist Fellowship di Singapura.


Beliau adalah guru Dhamma yang inspiratif dan penutur cerita yang menakjubkan yang memikat pendengarnya dengan rasa humor, wawasan dan kebijaksanaan yang mendalam. Ajahn Brahm memiliki pengalaman yang luas dan pengetahuan yang mendalam tentang meditasi, yang tercermin dalam bukunya yang berjudul “Happiness Through Meditation” (diterbitkan dalam bahasa Indonesia dengan judul “Superpower Mindfulness”).


Karya tulis Ajahn Brahm, termasuk yang diatas, telah memberikan inspirasi bagi beribu-ribu orang di seluruh dunia. Khususnya, salah satu bukunya yang berjudul “Opening The Door of Your Heart” (diterbitkan dalam bahasa Indonesia dengan judul “Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya”) adalahbestseller di seluruh dunia.


Links:
www.ajahnbrahm.org
www.dhammaloka.org.au

Once Talk, Face Crooked


Near my hut, there is a baby temple of adoration addition Tao "Xuantian Shangdi" as yidam, there is a middle-aged father, is allowance humans debris reinforcements, to calm the abashed children, see feng shui house, accepting consulting, and others.

Visitors in my abode exploded, every day 300 people, crowded, classified as actual successful.

While the place, in foreground of the aperture there are abandoned 2-3 kittens tail, on the beginning could bolt finches, and even the complete of drums was not there, silent. Although he affronted a red anhydrate on his head, bald chest, lower physique captivated brim god, a brace of easily captivation a brand fish, shark, atrocious to carve his back, claret flowed freely, like a medium, but the humans who amidst abandoned 2, one is his wife, one afresh is his son.

Pedestrians who saw him, abandoned his arch and just sighed.

Middle-aged father, the night bubbler wine, searching for accompany to chat, and accessible aperture of the Grand Master Lu was angry, "XXX, XXX, XXX, I do not accept what he had abnormal powers, he just relies on his mouth, allege abominably and nonsense."

Continuing, "What's Active Buddha, he was active monkey, monkey mask, allege carelessly, an imposter."

Continued, "He's a affected anything, I just genuine, the affected is abandoned temporary, the aboriginal is timeless. The bastard, I wish to exhausted him, for he was aching and died airsickness blood."

Continuing, "I wish to attach him with nailing Science with 7 Accouchement Asleep Arrow", so that he died after could cause aural 7 days, if he had not appear allurement to me, I accomplish him die and abatement into the Avici hell of akin 18 and can not reincarnated afresh forever. "

Continuing, "Whatever god Dharmapala that he has, I am not afraid, XXX, XXX ..."

His acquaintance said, "He was actual precise!"

"Right farts!" he shouted.

"He's actual powerful!"

"Sakti bird!" He said, "I gave him my bird feeder!"

Middle-aged ancestor was accepting to allocution added and added emotion, the eyes were red, his aperture chewing areca nut, the accent of abhorrence is not inexhaustible, afresh hitting the table.

Suddenly, her face cramped, agee aperture next. Her accomplished physique trembled incessantly.

His acquaintance was so abashed to see it, afresh collection him to the hospital for examination, the doctor said, "Conditions of facial aeroembolism .".....

Since then, his aperture was twisted, cryptic speech, saliva cloudburst was not conscious.

Friend brash him, "Find a Great Master Lu to repent! Grand Master Lu absolutely will advice cure you, Grand Master Lu's actual kind."

"XXX." He would get angry, her aperture added and added crooked.

Menasihatnya his acquaintance again, he insisted on not going, he said, "Even dead, I will not seek to alleviate me."

Middle-aged ancestor ask your doctor's instructions and the god, his aperture still crooked. After time went 2 months old.

Middle-aged ancestor brought her acquaintance to acquisition me.

Middle-aged ancestor nodded at me, no remorse.

I said, "I advice alleviate you, next time you do not abuse me anymore."

He nodded.

I said, "In my abode there is a charge to calm the abashed children, who charge to accommodate your name, who possessed, my advocacy to area you are!"

He nodded thanks.

I see it is absolutely sorry, and afresh advance Buddhism, demonstrating his abnormal powers, I recite:

Free from berlaksa mate, the alarmist was no problem.

Only sunyata alone, quiet by itself.

General Jirah Iron opened the padlock.

Face aback to normal.

"General Jirah Iron" that releases the lock, average aperture of the agee straight, middle-aged to be normal.

People who saw him cackle in awe, absolutely amazing!


Buku Mahaguru : 219_Kisah Aneh di Nanshan

Sekali Salah Bicara, Wajah pun Bengkok

Di dekat gubuk saya, ada sebuah kuil kecil beraliran Tao yang sembahyang "Xuantian Shangdi" sebagai yidam utama, ada seorang bapak setengah baya, sedang bantu orang tolak bala, menenangkan anak yang ketakutan, melihat fengshui rumah, menerima konsultasi, dan lain-lain.

Pengunjung di tempat saya membludak, setiap hari 300 orang, penuh sesak, tergolong sangat berjaya.

Sedangkan tempatnya, di depan pintu hanya ada 2-3 ekor anak kucing, di ambang pintu pun bisa menangkap pipit, bahkan bunyi tambur pun tidak ada, sunyi senyap. Sekalipun ia mengikat handuk merah di kepalanya, telanjang dada, bagian bawah tubuh dibalut rok dewa, sepasang tangan memegang pedang ikan hiu, mati-matian membacok punggungnya, darah mengalir deras, ibarat medium, namun orang yang mengerumuninya hanya 2, satu adalah istrinya, satu lagi adalah anaknya.

Pejalan kaki yang melihatnya, hanya geleng kepala dan mendesah saja.

Bapak setengah baya itu, malam minum arak, mencari teman mengobrol, lalu buka mulut marah besar pada Mahaguru Lu, "XXX, XXX, XXX, saya tidak percaya ia punya kesaktian apa, ia hanya mengandalkan mulutnya, bicara sembarangan dan omong kosong."

Melanjutkan, "Apaan Buddha Hidup, dia itu monyet hidup, topeng monyet, bicara sembarangan, penipu ulung."

Melanjutkan, "Dia itu apapun palsu, saya baru asli, yang palsu hanya sementara saja, yang asli adalah abadi. Si brengsek itu, saya mau pukul dia, agar dia babak belur dan mati muntah darah."

Melanjutkan, "Saya mau paku dia dengan Ilmu Memaku Arwah dengan 7 Anak Panah", supaya dia meninggal dunia tanpa sebab dalam 7 hari, jika ia tidak datang memohon pada saya, saya buat dia mati dan jatuh ke neraka Avici besar tingkat 18 dan tidak bisa bereinkarnasi lagi selamanya."

Melanjutkan, "Apapun dewa Dharmapala yang dia punya, saya tidak takut, XXX, XXX..."

Temannya berkata, "Dia sangat tepat!"

"Tepat kentutnya!" ia berteriak.

"Dia sangat sakti!"

"Sakti burungnya!" Ia berkata, "Saya berikan dia makan burung saya!"

Bapak setengah baya itu makin bicara makin emosi, mata pun merah, mulut mengunyah pinang, nada kebencian tidak ada habis-habisnya, berulang kali memukul meja.

Tiba-tiba, wajahnya kram, mulut bengkok sebelah. Sekujur tubuh gemetaran tanpa henti.

Temannya terperanjat begitu melihatnya, lalu mengantarnya ke rumah sakit untuk diperiksa, dokter berkata, "Syarat wajah lumpuh.".....

Sejak itu, mulutnya pun bengkok, bicara tidak jelas, air liur bercucuran pun tidak sadar.

Teman menasihatinya, "Cari Mahaguru Lu untuk bertobat! Mahaguru Lu pasti akan bantu menyembuhkanmu, Mahaguru Lu sangat baik hati."

"XXX." Ia mau marah, mulutnya makin bengkok.

Temannya menasihatnya lagi, ia bersikeras tidak sudi, ia berkata, "Sekalipun mati, saya tidak akan mencarinya untuk menyembuhkan saya."

Bapak setengah baya meminta petunjuk dokter dan dewa, mulutnya tetap bengkok. Setelah waktu berlalu 2 bulan lamanya.

Bapak setengah baya dibawa temannya mencari saya.

Bapak setengah baya mengangguk pada saya, ada penyesalan.

Saya berkata, "Saya bantu sembuhkan Anda, lain kali Anda jangan memarahi saya lagi."

Ia mengangguk.

Saya berkata, "Di tempat saya ini ada yang butuh menenangkan anak yang ketakutan, yang butuh memberikan nama, yang kerasukan, saya rekomendasi ke tempat Anda saja!"

Ia mengangguk terima kasih.

Saya melihatnya benar-benar menyesal, lalu mengembangkan Buddhadharma, memperagakan kesaktian, saya japa:

Bebas dari berlaksa jodoh, hati pun tiada masalah.
Hanya sunyata saja, tenang dengan sendirinya.
Jenderal Jirah Besi membukakan gembok.
Wajah kembali normal.

"Jenderal Jirah Besi" itu melepaskan gembok, mulut medium setengah baya dari bengkok langsung menjadi normal.

Orang yang melihatnya berdecak kagum, menakjubkan sekali!

DHARMARAJA LIANSHENG MENERANGKAN SUTRA ALTAR PATRIAK VI

Menyaksikan Sendiri Setiap Pikiran
Tidak Kehilangan Pikiran Sendiri


(Intisari Ceramah Dharmaraja Liansheng Pada Upacara Homa Ragavidyaraja Tanggal 8 Januari 2011 di Taiwan Lei Tsang Temple)

Kutipan SUTRA ALTAR PATRIAK VI minggu ini, "Begitu timbul satu pikiran jahat pada jati diri, sebab kebajikan selama selaksa kalpa pun lenyap; begitu timbul satu pikiran baik pada jati diri, kejahatan sebanyak pasir di Sungai Gangga pun berakhir. Hingga mencapai kebuddhaan mahatinggi, menyaksikan sendiri setiap pikiran, tidak kehilangan pikiran sendiri, dinamakan Sambhogakaya."

"Mengapa dinamakan Nirmanakaya berjumlah miliaran? Jika tidak merenungkan selaksa Dharma, sifat pada dasarnya ibarat angkasa, satu pikiran pertimbangan, disebut perubahan. Mempertimbangkan perbuatan jahat, berubah menjadi neraka; mempertimbangkan perbuatan baik, berubah menjadi surga. Mencelakakan berubah menjadi ular naga, welas asih berubah menjadi Bodhisattva, bijaksana berubah menjadi alam tinggi, bodoh berubah menjadi alam rendah. Jati diri berubah menjadi banyak, orang sesat tidak mampu introspeksi dan sadar, selalu berpikiran jahat, selalu berbuat kejahatan. Kembali ke satu pikiran baik, kebijaksanaan pun timbul, ini dinamakan Buddha Nirmanakaya jati diri."

※ ※ ※

Pertama-tama, kita sembah sujud pada guru silsilah Bhiksu Liaoming, Guru Sakya Dezhung, Gyalwa Karmapa XVI, Guru Thubten Dhargye, sembah sujud pada Triratna Mandala, sembah sujud pada adinata homa Y.A. Ragavidyaraja.

Gurudhara, Para Acarya, Dharmacarya, Lama, Pandita Dharmaduta, Pandita Lokapalasraya, ketua vihara, para umat se-Dharma, selamat siang semuanya; ada lagi umat se-Dharma di internet, salam sejahtera semuanya. Tamu agung kita hari ini adalah Sdr. Er-shun Lu, bibi guru Guo-ying Lu dan paman guru, Prof. Xing-xiong Lin dari National Kaohsiung University of Applied Science Library, peraih medali emas Kompetisi Internasional Concours Grieg di Oslo, Norwegia Tahun 2010 Musikus Yi-fa Lin, ada lagi perwakilan Sdri. Ling-hua Li, anggota parlemen Kabupaten Nantou Zhuang Xu. Peraih medali emas mengatakan, "Khusus berterima kasih pada Mahaguru atas pemberkatan jamah kepala." Terima kasih kepada semua hadirin, semua umat se-Dharma, semua tamu agung yang mengikuti Homa Ragavidyaraja. (Hadirin tepuk tangan)



Sadhana Tantra ada yang dilambangkan dengan warna. Hari ini, kita didominasi warna merah, melambangkan cinta kasih; warna putih melambangkan tolak bala; warna kuning melambangkan kemakmuran – keuntungan bertambah; warna hitam dan warna biru melambangkan penaklukan. Keempat sadhana mahakarman, antara lain: tolak bala, kemakmuran, cinta kasih, dan penaklukan. Tolak bala didominasi persembahan warna putih; kemakmuran, didominasi persembahan warna kuning; cinta kasih, didominasi persembahan warna merah; penaklukan, didominasi persembahan warna hitam dan biru. Inilah pembagian warna-warna yang mendominasi untuk persembahan dan kostum dalam menekuni suatu sadhana. Dulu, saya sering memakai topi warna putih dan warna kuning, hari ini, khusus memakai topi warna merah muda, juga melambangkan cinta kasih; mengenakan jubah Dharma yang didominasi warna merah, juga melambangkan cinta kasih, semua ada lambang-Nya. Jika, lain kali kita mau mengadakan sadhana penaklukan, maka harus mengenakan topi Dharma warna hitam, saya punya satu topi Dharma warna hitam; menekuni sadhana cinta kasih, mengenakan topi Dharma warna merah.

Homa tadi, saya sendiri merasa sedang membentuk mudra. Namun, mudra itu dibentuk oleh Ragavidyaraja setelah saya menyatu dengan-Nya; (hadirin tepuk tangan) yakni saat memasuki diriku dan diriku memasuki, mudra yang Ia bentuk ada mudra yang memegang vajra dorje dan gantha, juga ada mudra yang memegang bunga dan tali, ada mudra yang memegang sebuah busur dan panah. Ragavidyaraja menarik panah dan busur, melepaskan 3 anak panah, satu anak panah memanah ke arah ini (Mahaguru menunjuk arah kiri), satu anak panah memanah ke arah tengah, satu anak panah lainnya memanah ke arah kanan. Saya mengerti maksud Ragavidyaraja, Ia menarik seluruh insan berlindung pada Buddhadharma dengan 3 anak panah. (Hadirin tepuk tangan) Oleh karena itu, ini tergolong cinta kasih universal.

Selain itu, ada lagi semacam cinta kasih kecil. Saat kita menekuni Sadhana Ragavidyaraja, visualisasi Ragavidyaraja membawa busur dan panah, panah ini bukan senjata tajam, melainkan seperti busur dan panah yang dipegang oleh Cupid -- dewa cinta dalam mitos Yunani, Ia terbang turun, bawa busur dan panah, memanah hati orang tersebut, panah itu tertanam di dalam hati orang itu, seketika, pasangan kita pun akan timbul semacam niat cinta terhadap kita, ini tergolong cinta kasih kecil; cinta kasih universal adalah seperti busur dan panah yang dipanah oleh Ragavidyaraja, menarik seluruh insan untuk datang berlindung pada Buddhadharma. Sama-sama semacam kekuatan, kekuatan cinta universal, kekuatan cinta kecil, dan berbagai macam kekuatan cinta, oleh karena itu, menekuni Sadhana Ragavidyaraja, bisa memperoleh kekuatan tersebut.



Anda visualisasi boy friend Anda di hadapan Anda, arahkan busur dan panah Ragavidyaraja ke hatinya, ia pun menjadi milik Anda; Anda visualisasi girl friend Anda di hadapan Anda, Anda menekuni Ragavidyaraja, arahkan busur dan panah Ragavidyaraja ke hatinya, panah tertanam di dalam hatinya, ia pun timbul semacam hasrat cinta terhadap Anda. Tantra kita ada dua yidam cinta kasih yang sangat terkenal, satu adalah Bhagawati Kurukulle, satu lagi lagi adalah Ragavidyaraja. Mahaguru berharap setiap umat bisa menekuni sadhana Ragavidyaraja, kemudian arahkan busur dan panah kita ke sahabat kita, agar mereka berlindung pada Buddhadharma. (Hadirin tepuk tangan)

Mengenai penekunan sadhana cinta kasih, saya telah tulis banyak di buku, ada sadhana melukis. Sadhana Ragavidyaraja ini, saya transmisikan di Hong Kong. Saat itu, dipimpin oleh Acarya Liandeng, saat itu, saya juga menerangkan Sadhana Busur dan Panah, juga menerangkan Sadhana Melukis, "sumbu" di dalam "putik" teratai, batang-batang kecil, "sumbu" teratai, "sumbu bunga" di dalam teratai merah yang sangat kecil, di dalamnya ada berbatang-batang "sumbu", gunting total 108 batang. Setelah digunting, gunakan benda itu untuk bersadhana, latih sampai sangat fokus, latih sampai Ragavidyaraja turun, memberkati "sumbu" putik teratai. Saat ini, masukkan 108 batang "sumbu bunga" ke dalam air teh lalu dimasak, setelah itu, berikan pada kekasih Anda untuk diminum, ia akan mencintai Anda 108 tahun. Kondisi ini sangat istimewa, ia mau mencintai Anda 108 tahun, tahun ke-109 tidak setia lagi, sadhana ini sangat istimewa. Namun, sadhana apapun, kunci utamanya adalah Ragavidyaraja turun memberkati, Kurukulle turun memberkati, sadhana apapun, supaya manjur, yidam harus turun memberkati. (Hadirin tepuk tangan)

Sadhana Tantra, bicara tentang yoga, yang paling penting adalah kontak yoga dengan yidam. Setelah kontak yoga dengan para yidam, jika yidam tolak bala, kita pun akan terhindar dari petaka; cinta kasih, kita telah kontak yoga, kita pun bisa menghasilkan cinta kasih, Dharmabala-Nya akan muncul; penaklukan, kita telah kontak yoga, maka menghasilkan kekuatan menaklukkan; kemakmuran, kita telah kontak yoga, maka menghasilkan kekuatan memakmurkan. Sadhana Tantra mengutamakan kontak yoga, jika kita mampu mengundang kehadiran Ragavidyaraja, berhasil menarik hati teman kita dengan busur dan panah, ia pun akan timbul cinta kasih terhadap kita, jika kita tidak kontak yoga, busur dan panah sembarang dipanah, sekalipun kita memanah dengan ribuan anak panah, puluhan ribu anak panah, hanya berubah menjadi "Kongming Pinjam Panah", tidak berguna sedikit pun, tidak berhasil memanah musuh! Jika benar-benar telah kontak yoga, satu anak panah saja cukup; jika benar-benar kontak yoga, di dalam putik bunga, "sumbu bunga" di dalam teratai pun manjur, inilah kekuatan Ragavidyaraja.



Sadhana Melukis, kita melukis Ragavidyaraja, kita melukis sambil visualisasi pasangan yang kita cintai, setelah selesai melukis Ragavidyaraja, dengan pikiran jernih, mengundang Ia turun, itulah Sadhana Melukis Ragavidyaraja. Ada Sadhana Panah dan Busur, ada "sumbu bunga", sadhana putik bunga ini sangat menakjubkan, hanya Tantra baru ada penekunan demikian.

Sesungguhnya, seperti cinta kasih, saya sendiri merasa, hidup ini! Suami istri mulai dari menikah pada usia muda, hingga tua, sepertinya, langgeng selamanya, suami istri selalu sangat mencintai, sungguh suatu hal yang tidak mudah. Lihatlah, sepasang suami istri yang menjadi bhiksu/ni hari ini, mereka adalah pasangan suami istri, mereka tidak mencatatkan perkawinan mereka, lebih baik memilih menjadi bhiksu/ni. (Hadirin tepuk tangan) Mereka dipanah oleh Ragavidyaraja tepat sasaran, ditarik berlindung pada Buddhadharma, oleh karena itu, suami istri pun benar-benar menjadi bhiksu/ni. Bhiksu/ni sekarang makin lama makin banyak, mengapa? Karena, jarang sekali ada suami istri yang benar-benar bisa rukun.

Ada sebuah joke, sepasang suami istri, sungguh sangat harmonis, dari muda menikah, bulan madu, hingga tua, mereka selalu bergandengan tangan, sangat mencintai. Seseorang meminta petunjuk sang suami husband, "Kalian suami istri mengapa begitu mencintai, begitu lama?" Sang suami berkata, saat bulan madu, ikut istri bertamasya ke Grand Canyon, kami berdua naik bagal, satu orang naik seekor bagal jalan-jalan di Grand Canyon. Bagal sang istri agak malas, naik sebentar lalu makan rumput di tepi jalan, tidak jalan lagi. Istrinya mengucapkan satu kata, "Sekali." Mereka berdua naik lagi, naik, naik, bagal tidak jalan lagi, istrinya pun berkata, "Dua kali." Naik sebentar, tak lama kemudian, bagal itu tidak jalan lagi, makan rumput di tepi jalan lagi. Sang istri pun turun dari bagal, lalu mengeluarkan sebuah pistol, "Phong!" Bagal itu dibunuh. Suaminya berkata, "Aduh! Mengapa kamu sekejam ini, membunuh bagal ini?" Istrinya tidak berkata apa-apa, lalu berkata, "Sekali." Sejak itu, suami itu pun mengerti, malah paham, sangat mengerti, sehingga mencintai sampai tua. Ini adalah cerita lucu yang sangat kejam. Ternyata, mengandalkan inilah pernikahan yang rukun bisa bertahan.

Hidup! Hidup kita sendiri sulit kita jamin, juga sulit menjamin jodoh pernikahan Anda, sulit menggenggam hati suami Anda, juga sulit menggenggam hati istri Anda! Sama saja. Selama apapun menikah, menikah 50 tahun, menikah 40 tahun, menikah 30 tahun, menikah 20 tahun, barangkali, pasangan Anda akan berkata pada Anda, "Anda sama sekali tidak mengerti saya." Menikah 50 tahun Anda juga tidak mengerti. Jadi, siapa mampu menjamin hati ini? Siapa mampu menjamin hati pasangan? Hemat kata, siapa mampu menggenggam hati insan? Anda bisa jamin ia setia selamanya? Dalam aspek Buddhadharma, dalam aspek kepercayaan, dalam aspek rumah tangga, dalam aspek pertemanan, dalam aspek individu, antar manusia, siapa mampu menjamin hati pasangan? Ini satu hal yang sangat sulit.



Sebagai Tantrika, kita harus menekuni Sadhana Kurukulle dan Sadhana Ragavidyaraja. Penekunan ini, menghasilkan Dharmabala cinta kasih terhadap kita, ada manfaatnya. Kalian jika mengidam-idamkan cinta kasih, jadikan Ragavidyaraja sebagai yidam, jadikan Kurukulle sebagai yidam. Seperti guru saya yang silam, Guru Thubten Dhargye, yidam-Nya adalah Bhagawati Kurukulle, Ia hanya menerima 200-300 murid, orang lain bertanya pada-Nya, "Anda menekuni Sadhana Bhagawati Kurukulle, Ia juga yidam, mengapa hanya menerima 200-300 murid?" Guru Thubten Dhargye menjawab, "Di antara murid saya, saya telah menerima seorang Sheng-yen Lu, maka saya pun memiliki 5 juta ditambah 200 murid." (Hadirin tepuk tangan) Memang benar yang dikatakan guru saya! Hanya menerima seorang murid Sheng-yen Lu saja, Ia pun memiliki 5 juta cucu murid, di sinilah manfaat menekuni Sadhana Bhagawati Kurukulle atau yidam cinta kasih.

Di Taiwan banyak seniman terkenal, artis terkenal, banyak seniman di berbagai negara di dunia, seniman yang sudah lanjut usia, dalam kehidupan sekarang, walaupun tidak menekuni sadhana cinta kasih, kehidupan lampaunya pasti juga menekuni sadhana cinta kasih. Sebagai presiden, dicintai massa, juga menekuni sadhana cinta kasih; seniman terkenal, juga menekuni yidam cinta kasih, ia baru bisa menjadi seniman yang sangat terkenal. Atau, saya dengar lagunya! Melihat pertunjukannya! Juga "mamate"! (Bahasa Kanton: biasa-biasa saja) Lagu yang dinyanyikan sebagian orang biasa lebih merdu daripada dia, namun, semua orang suka mendengar lagunya; pertunjukannya, juga biasa-biasa saja, semua orang suka menontonnya; ada sebagian bahkan jelek! Bukan karena "cakap" baru dicintai, "jelek" pun dicintai orang-orang, ini berarti ia menekuninya dalam kehidupan lampau. Saya justru sedang menjelaskan pentingnya menekuni sadhana ini.

Hari ini, kita lanjut lagi SUTRA ZEN PATRIAK VI (disebut juga Sutra Altar Patriak VI), Patriak VI bersabda, "Begitu timbul satu pikiran jahat pada jati diri, sebab kebajikan selama selaksa kalpa pun lenyap; begitu timbul satu pikiran baik pada jati diri, kejahatan sebanyak pasir di Sungai Gangga pun berakhir. Hingga mencapai kebuddhaan mahatinggi, menyaksikan sendiri setiap pikiran, tidak kehilangan pikiran sendiri, dinamakan Sambhogakaya." "Mengapa dinamakan Nirmanakaya berjumlah miliaran? Jika tidak merenungkan selaksa Dharma, sifat pada dasarnya ibarat angkasa, satu pikiran pertimbangan, disebut perubahan. Mempertimbangkan perbuatan jahat, berubah menjadi neraka; mempertimbangkan perbuatan baik, berubah menjadi surga. Mencelakakan berubah menjadi ular naga, welas asih berubah menjadi Bodhisattva, bijaksana berubah menjadi alam tinggi, bodoh berubah menjadi alam rendah. Jati diri berubah menjadi banyak, orang sesat tidak mampu introspeksi dan sadar, selalu berpikiran jahat, selalu berbuat kejahatan. Kembali ke satu pikiran baik, kebijaksanaan pun timbul, ini dinamakan Buddha Nirmanakaya jati diri."

Di sini, Ia bersabda, "Begitu timbul satu pikiran jahat pada jati diri, sebab kebajikan selama selaksa kalpa pun lenyap; begitu timbul satu pikiran baik pada jati diri, kejahatan sebanyak pasir di Sungai Gangga pun berakhir.", inilah peribahasa China -- "Letakkan golok penjagal, seketika mencapai kebuddhaan", yaitu "begitu timbul satu pikiran jahat pada jati diri, sebab kebajikan selama berlaksa kalpa pun lenyap; begitu timbul satu pikiran baik pada jati diri, kejahatan sebanyak pasir di Sungai Gangga pun berakhir" "Letakkan golok penjagal, seketika mencapai kebuddhaan", yaitu "begitu timbul satu pikiran baik, kejahatan sebanyak pasir di Sungai Gangga pun berakhir". Jadi, timbul satu pikiran baik, menjadi surga, timbul satu pikiran jahat, itulah neraka. Sabda-Nya sangat jelas.

"Pikiran", bisakah kita jamin? "Pikiran", sulit dijamin. Setiap pikiran kita adalah baik, dengan sendirinya naik ke Buddhaloka, dengan sendirinya surga; setiap pikiran adalah jahat, tentu saja neraka, setan kelaparan, hewan. Di sini, Patriak VI bersabda tentang pentingnya "pikiran", pentingnya "kekuatan pikiran". Oleh karena itu, di dalam SUTRA SATYA BUDDHA, saya menuliskan "Menjadikan tiada pikiran sebagai Buddharatna pencerahan sejati", maksudnya adalah sunyata, kita tidak boleh timbul "pikiran". "Baik" sama dengan surga, "jahat" sama dengan neraka, kita tidak baik maupun jahat, jati diri pun mencuat, kita pun menjadi Buddha, jadi, di sinilah arti dari "menjadikan tiada pikiran sebagai Buddharatna pencerahan sejati", arti "tiada kelahiran" juga di sini, sepenuhnya adalah efek "pikiran". Oleh karena itu, "menyaksikan sendiri setiap pikiran", setiap pikiran ini berarti banyak pikiran, kita mesti melihat pikiran sendiri yang tidak kehilangan jati diri yang semula, pikiran jati diri adalah Buddhata (sifat Buddha), itulah "Sambhogakaya" -- "Sambhogakaya yang sempurna".



Di sini juga tertulis, "Mengapa dinamakan Nirmanakaya berjumlah miliaran?" Apa yang dinamakan "Nirmanakaya yang berjumlah miliaran"? Kepercayaan manusia bermacam-macam, sekarang ada Agama Kristen, Agama Islam, Agama Katolik, Agama Buddha, bahkan ada Agama Yahudi, Agama Kristen Ortodoks, Agama Tao, bermacam-macam agama. Lantas, bisakah agama itu fokus? Melihat "setiap pikiran" sendiri. Ada agama yang begini, pikiran baik, naik ke surga, pikiran jahat, ke neraka, begitulah agama pada umumnya. Agama Buddha beda, bagaimana Ia mengajari kita? Ia mengajari kita melihat jati diri sendiri, melihat "pikiran" sendiri, mengamati jati diri sendiri lewat "pikiran" sendiri, apakah "setiap pikiran" kita bisa melihat pikiran sendiri? Maksud Patriak VI adalah, asalkan kita melihat pikiran sendiri, maka kita telah bersih sepenuhnya, di sini bicara tentang "bersih", "tidak memikirkan kebaikan, tidak memikirkan kejahatan" itulah "bersih". Teori yang disampaikan Agama Buddha beda dengan agama pada umumnya, agama pada umumnya hanya mengajari kita "berbuat baik", "jangan berbuat jahat", ini adalah dasar, setelah berbuat baik, masih harus melihat pikiran sendiri, ini justru sangat tidak mudah.

Banyak misionaris dari mancanegara datang ke Taiwan menyebarkan ajaran, seperti gereja akhir zaman -- Gereja Momen, memakai kemeja putih, celana hitam, bersepeda, dari rumah ke rumah, tekan bel, agama momen mengutus banyak misionaris keluar menyebarkan ajaran. Ada seorang misionaris Agama Momen, tekan bel rumah seseorang, "ning-nong", keluarlah seorang ibu, si ibu melihat berkemeja putih bercelana hitam, dan bersepeda, ia pun tahu itu Agama Momen. Si ibu berkata padanya, "Saya beragama Buddha." Maksudnya "saya percaya Buddha, tidak menganut agama lain lagi", si misionaris pun berkata, "Oh! Anda marga (kata "beragama" senada dengan "marga") Buddha, Nyonya Buddha, apa kabar! Bolehkah saya duduk di dalam?" Ini salah paham.

Untuk mempertahankan "pikiran" agama ini, manusia tidak cukup dengan "saya percaya Buddha" saja, tetapi harus melihat Buddha di dalam diri kita, Agama Buddha justru menghendaki kita melihat Buddha di dalam diri kita, baru disebut "Agama Buddha", demikian ajaran Buddha, kita harus melihat Buddha di dalam diri kita sendiri! Bukan "saya percaya Buddha", kita tidak cukup hanya percaya Buddha, kita harus melatih sampai bisa melihat setiap pikiran sendiri, jati diri sendiri -- Buddha pun bisa dilihat, Anda adalah "Buddha Sambhogakaya yang sempurna dan bersih". Pelatihan diri ini membutuhkan ketrampilan, bukan "saya percaya Kristus, saya pun memperoleh hidup yang kekal", "tidak percaya Kristus, maka jatuh ke neraka", bukan begitu. "Barangsiapa percaya padaku, memperoleh hidup yang kekal; barangsiapa tidak percaya padaku, turun ke neraka", tidak boleh begitu. "Barangsiapa berbuat baik, naik ke surga; barangsiapa berbuat jahat, turun ke neraka", arti yang lebih dalam dari Agama Buddha di dalam sabda Patriak VI, "Menyaksikan sendiri setiap pikiran, tidak kehilangan pikiran sendiri, dinamakan Sambhogakaya." Ini adalah sabda Patriak VI, tidak hanya naik surga dan turun neraka saja, tetapi melihat Buddhata sendiri.

Mengendalikan "pikiran" sangat sulit. Ada seorang gentleman -- priayi naik kereta api bersama seorang wanita duduk di dalam satu gerbong, gentleman ini sangat tampan dan gagah, begitu si wanita melihat, "Wah! Gentlemen yang begitu tampan dan gagah", ia belum menikah, ia pun berharap berteman dengannya. Mereka duduk di dalam satu gerbong, hanya berdua, just two people, tempat tidur mereka adalah ranjang, si pria tidur di sebelah sini, si wanita tidur di sebelah sana. Si wanita berkata pada si gentleman, "Saya merasa dingin sekali." Too cold, outside is cold, inside in the train, di dalam gerbong kereta api train, ia berkata, "Saya dingin sekali!" Priayi itu pun menanggalkan bajunya dan memakaikan pada si wanita, si wanita pun berkata, "Saya masih sangat dingin." Priayi yang tampan, gagah, dan muda lagi berkata padanya, "Kalau begitu, apa yang harus kulakukan? Anda sedingin itu, saya sudah menanggalkan baju untuk Anda pakai, Anda masih dingin." Si wanita berkata padanya, "Dulu, ketika saya dingin, ibu saya akan memeluk saya." Priayi itu berpikir sejenak, "Hm? Saya tidak mungkin dari kereta api mencari ibu Anda." Inilah "pikiran"! Sebuah "pikiran", si wanita punya pikiran ini; semoga gentleman -- pemuda yang tampan, gagah menjadi pacarnya. Sayang, priayi pria tersebut tidak ada pikiran ini, ia sudah berhasil melakukan tahap yang paling gentle (jantan), si priayi itu berkata, "Lagipula saya bukan ibumu, saya tidak mungkin turun kereta mencari ibu Anda untuk memeluk Anda." Inilah "pikiran", sebuah "pikiran", benar tidak? Si wanita ada pikiran ini, si pria tidak ada pikiran ini. Jadi, "pikiran" sangat penting.



"Kekuatan sebuah pikiran, disebut penjelmaan", ini sudah banyak dibicarakan. Ada sebuah pepatah mengatakan, "Manusia harus bertanggungjawab atas wajahnya sendiri." Setiap manusia harus bertanggungjawab atas wajahnya saat lanjut usia, mengapa? Karena pikiran Anda terus memikirkan yang jahat, ketika Anda sudah lanjut usia, memperlihatkan tampang jahat, paras sangat jelek. Anda lihat saja opera puppet, ketika penjahat keluar, wajah setiap penjahat dipahat sangat galak; ketika budiman keluar, wajah pun dipahat sangat bagus, sangat sopan, panca indera sangat manis dan cantik. Saat lanjut usia, jika paras Anda sangat ramah, berarti banyak pikiran baik; saat lanjut usia, paras Anda tidak ramah, sangat kasar, sangat galak, berarti Anda banyak pikiran jahat. "Wajah lahir dari hati"! Inilah prinsipnya. Tentu saja, kita tidak boleh mengatakan "Paras The Hunchback of Notre Dame tercipta dari pikiran jahatnya", bukan, dia itu pembawaan lahir. Tampang jahat pembawaan lahir itu tidak dapat diubah. Tampang baik pembawaan lahir, kita juga tidak bisa ubah. Jadi, ada satu pepatah lagi mengatakan, "Jangan menilai manusia dari parasnya, air laut tidak bisa ditimbang dengan timbangan." Benar tidak? Ada lagi sebuah pepatah, "Wajah lahir dari hati." Kita harus sering melihat wajah sendiri! Apakah ramah? Jika wajah kita ramah, kita akan menyeberangkan banyak insan; satu wajah galak keluar, Anda berkata, "Anda harus berlindung pada Buddha!" Orang lain pun kabur begitu melihat wajah Anda. Oleh karena itu, masalah "wajah", seharusnya masih masalah "pikiran", "pikiran" Anda juga sangat penting.

Patriak VI bersabda, "Satu pikiran pertimbangan, disebut perubahan", memang benar. Jika tidak ada pikiran, kita pun menjadi angkasa, angkasa bisa berubah-ubah menjadi berbagai makhluk. Ketika hati kita, berubah menjadi seperti angkasa, kita bisa berubah menjadi "Buddha yang berjumlah miliaran." Bagaimanakah "Buddha yang berjumlah miliaran" itu menjelma? Yakni hati kita berubah menjadi angkasa. Saya pernah menerangkan tentang satu titisan di luar tubuh, yakni visualisasi di dalam nadi tengah kita, ada yidam kita, kemudian kita keluarkan yidam dan saling menyatu dengan sinar bintang di langit, kita berubah menjadi sebanyak bintang, ini disebut sadhana "Titisan di luar tubuh". "Buddha yang berjumlah miliaran" ini dijelmakan dari "pikiran" kita. Inilah sabda Patriak VI.

"Mencelakakan berubah menjadi ular naga", Anda berniat mencelakakan orang lain, maka berubah menjadi ular naga; Anda berhati welas asih, maka berubah menjadi Bodhisattva. Welas asih berarti Bodhisattva, mencelakakan berarti ular naga; lihatlah, ular itu sangat ganas, jika sering berniat mencelakai orang lain, kelak bereinkarnasi menjadi ular berbisa. Hemat kata, jika kita sering berhati welas asih, kelak adalah Bodhisattva. Patriak VI di sini mengatakan, di sini juga ada sebab akibat, kita bijaksana, maka akan ke alam tinggi; kita bodoh, maka menjadi hewan, Patriak VI bersabda, semua ini adalah karma.

Di Rumah Sakit Jiwa (RSJ), ada seorang penderita sakit jiwa pria berkata pada penderita sakit jiwa wanita, "Ada satu hal yang ingin saya beritahu Anda." Penderita sakit jiwa wanita pun bertanya padanya, "Hal apa?" Ia berkata, "Ini rahasia, rahasia yang sangat rahasia." Ia berkata, "Mengapa Anda mau memberitahu saya?" "Karena saya hanya mau Anda sendiri saja yang tahu." Penderita sakit jiwa pria berkata, "Saya adalah putra Bodhisattva." Si wanita pun menjawabnya, "Brengsek!" Bukankah ini kata kasar! "Kapan saya melahirkan anak seperti Anda?" Ternyata si penderita sakit jiwa wanita itu mengira dirinya adalah Bodhisattva.

Bodhisattva itu tidak perlu dipikirkan, apakah Anda putra Bodhisattva? Kadang-kadang, banyak penderita sakit jiwa mengaku dirinya Matsu, Paus, presiden, Bodhisattva, ada yang mengaku dirinya Buddha, ia adalah Tuhan, setiap orang sangat agung, setiap penderita sakit jiwa sangat agung. Mahaguru sekarang sangat kerdil. Saya merasa, di antara kita yang mengira dirinya sangat agung, gawat, semua seperti penderita sakit jiwa, ada yang mengaku inkarnasi Buddha Sakyamuni, Mahaguru harus mahanamaskara, wanita bahkan harus menggelar rambutnya ke tanah membiarkannya lewat, bahkan harus mempersembahkan seluruh harta kekayaan sendiri kepadanya, karena ia adalah inkarnasi Buddha Sakyamuni. Kita tidak bisa berbuat apa-apa, kita sudah bertemu, apa boleh buat? Lebih baik menyerah. Di dalam RSJ banyak penderita sakit jiwa demikian.



Ada seseorang, menjuluki dirinya Paus, kepala RSJ berkata pada "Paus" tersebut, "Saya sudah begitu lama mengobati Anda, apakah Anda masih Paus?" Ia berkata, "Saya masih paus." "Siapa angkat Anda menjadi Paus?" "Tuhan! Tuhan angkat saya menjadi Paus!" Di samping kebetulan ada seorang penderita sakit jiwa sedang lewat, ia berkata, "Saya tidak pernah angkat Anda." Kadang-kadang, saya seperti kepala di dalam RSJ, karena, saya bertemu banyak kasus serupa, saya merasa, sebagian umat Zhenfo Zong setelah terjun ke masyarakat, malah menjadi inkarnasi Bodhisattva Maitreya, inkarnasi Buddha Sakyamuni, inkarnasi yidam mana, banyak sekali! Sekarang inkarnasi bocah juga sangat banyak, banyak sekali, tak terhitung. Apa-apain ini? Saya menerima begitu banyak penderita sakit jiwa.

Patriak VI bersabda, yang terpenting adalah "pikiran" bukan "teori di mulut". Jadi, menurut-Nya, "Mencelakakan berubah menjadi ular naga, welas asih berubah menjadi Bodhisattva'; bijaksana, tiba di 4 alam suci, tingkatan alam tertinggi; bodoh, berubah menjadi alam hewan. Buddhata manusia itu sendiri berubah-ubah menjadi banyak, orang yang sesat, tidak bisa cerah, tidak bisa sadar, tidak bisa introspeksi diri "selalu berpikiran jahat, selalu berbuat kejahatan. Kembali ke satu pikiran baik, kebijaksanaan pun timbul, ini dinamakan Buddha Nirmanakaya jati diri." Surga, neraka, ular naga, alam tinggi, dan segala perubahan yang terjelma, sepenuhnya dihasilkan dari pikiran Anda sendiri, sepenuhnya dihasilkan dari pikiran kita.

Kadang-kadang! Saya juga agak putus asa terhadap insan! Terhadap umat, kadang-kadang juga bisa putus asa! Umat yang baik masih banyak! Namun, juga banyak umat membuat Mahaguru sangat putus asa, ada semacam perasaan putus asa. Dari dalam pikiran jahat, kita mesti berpikiran baik, dari pikiran baik kemudian memperoleh kebijaksanaan, ini sangat penting. Mahaguru bukan melarang Anda berbuat baik, bukan, sama sekali bukan. Mahaguru mengajari Anda, "Jangan berpikiran jahat, berpikirlah yang baik". Setelah ada pikiran baik, harus ada hati yang welas asih, menempuh jalan Bodhisattva, inilah "berbuat baik", kemudian, dari menempuh jalan Bodhisattva, menghasilkan kebijaksanaan yang sangat tinggi. Kebijaksanaan yang sangat tinggi ini membuat kita menjadi Buddha, Bodhisattva, Pratyeka, dan Sravaka, inilah alam tinggi. Bukan surga, karena kita berbuat baik, hanya bisa ke surga, setelah karma baik telah habis, masih akan jatuh, masih akan jatuh ke neraka, inilah sebab akibat.

Oleh karena itu, kita harus mengembangkan Bodhicitta, dari dalam berbuat baik, kemudian mendapatkan kebijaksanaan Tathagata sejati. Inilah kebenaran pertama "Zen", dengan kata lain, pencerahan, memahami hati dan menyaksikan Buddhata, inilah kebijaksanaan yang tertinggi, Anda memperoleh kebijaksanaan, baru bisa "berubah menjadi alam tinggi". Anda bodoh, Anda pun menjadi hewan, Anda ada niat mencelakai, maka menjadi neraka. Anda ada pikiran baik, tidak lebih dari naik ke surga, Anda mesti mendapatkan kebenaran pertama sejati di dalam Agama Buddha -- kebenaran pertama yang diajarkan Buddha Sakyamuni dan seluruh Buddha kepada kita. Anda bisa mencapai pencerahan, bisa menyaksikan Buddhata, memahami hati dan menyaksikan Buddhata, itulah kebenaran pertama yang sejati, saat ini, Anda baru bisa menjadi Tathagata yang tak tergoyahkan, berubah menjadi Buddha yang abadi, Bodhisattva yang abadi, Pratyeka yang abadi, Sravaka yang abadi, ini yang hanya bisa diperoleh lewat memahami hati dan menyaksikan Buddhata. Agama pada umumnya, hanya bisa sampai ke surga dan neraka saja. (Hadirin tepuk tangan) Di sini, saya jelaskan panjang lebar, karena kita harus tahu apa itu surga, apa itu neraka, apa itu alam tinggi, itu beda. Kita harus memiliki kebijaksanaan atau prajna, baru bisa sampai alam tinggi; Anda berbuat baik, bisa ke surga, Anda berbuat jahat, maka akan ke neraka. Namun, untuk ke alam tinggi, mesti memiliki prajna, kebijaksanaan memahami hati dan menyaksikan Buddhata, inilah yang mau saya ajarkan pada Anda semua.

Yang namanya "putus asa", cerita lucu yang ditulis Chuan-fang Chen, apa yang dinamakan putus asa? Ketika Anda menyantap menu pertama, Anda berkata, "Di kolong langit ini mana ada makanan yang begitu tidak enak?" Kemudian, dihidangkan menu kedua, orang ini pun berkata, ini bukan memaki orang, kan? Di dalam cerita lucu tak disangka tertulis satu kata, yaitu "Kao" dari kata "Kao-shan" (beking), di Amerika Serikat saya tidak tahu apa itu "Kao" dari kata "Kao-shan", kembali ke Taiwan baru tahu apa itu "Kao". Ia berkata, "Kao! Memang benar-benar ada!" Menu kedua juga sangat tidak enak, Chuan-fang Chen mengatakan inilah keputus-asaan. Setiap pikiran adalah jahat, setiap pikiran adalah tidak benar, benar-benar putus asa yang luar biasa, sungguh putus asa, tidak ada satu pun yang baik.



Tantra ada sila, sila Tantra -- "Sila Vajra", "Guru Pancasika", "14 Sila Dasar Tantrayana", "Sila Bodhisattva", ketiga sila ini sangat penting, ketiganya digabungkan disebut "Sila Vajra". Umat Buddha harus menaati "Sila Vajra" ini, kita tidak menaati "Sila Vajra", maka akan jatuh. "Empat Belas Kejatuhan Dasar Tantrayana", semoga setiap dari kalian, setiap acarya keluar membabarkan Dharma, lebih dulu jelaskan "Empat Kejatuhan Dasar Tantrayana", lebih dulu jelaskan "Guru Pancasika", lebih dulu jelaskan "Sila Bodhisattva", inilah "Sila Vajra"! Bila dilanggar, jatuh ke neraka Vajra. Mengapa belajar Tantra begitu lama masih tidak mengerti apa yang dinamakan "14 Kejatuhan Dasar Tantrayana", inilah putus asa.

Umat yang belajar Tantra, umat yang bersarana, harus mengerti "Guru Pancasika", "14 Kejatuhan Dasar Tantrayana". Kalian Acarya! Bhiksu/ni Lama! Dharmacarya! Keluar membabarkan Dharma, harus lebih dulu jelaskan "14 Kejatuhan Dasar Tantrayana", itulah "Sila Vajra", harus dijelaskan, agar semua orang tahu sekeras inilah sila Tantra. Om Mani Padme Hum.

Followers